Tata Nama Senyawa

Setiap senyawa perlu mempunyai nama spesifik. Seperti halnya penamaa unsur, pada mulanya penamaan senyawa didasarkan pada berbagai hal, seperti nama tempat, nama orang, atau sifat tertentu dari senyawa yang bersangkutan.
Dewasa ini, jutaan senyawa telah dikenal dan tiap tahun ditemukan ribuan senyawa baru, sehingga diperlukan cara untuk pemberian nama. Oleh karena itu mustahil bagi kita untuk menghapalkan jutaan nama dan setiap nama berdiri sendiri, tanpa kaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam sistem penamaan yang digunakan sekarang, nama senyawa didasarkan pada rumus kimianya. Kita akan membahas cara penamaan senyawa yang terdiri dari dua dan tiga jenis unsur.
Tata nama Senyawa Anorganik
Tata Nama Senyawa Anorganik yang dipelajari pada pokok bahasan ini adalah:
1. Tata nama senyawa Biner
2. Tata nama senyawa Ion
3. Tata nama senyawa Terner

Senyawa Biner
TATA NAMA SENYAWA BINER

a. Logam + Non Logam
1. Penaman senyawa biner mengikuti urutan berikut :
Bi – Si – As – C – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F
2. Tuliskan nama unsur logam tanpa modifikasi apa pun, kemudian diikuti nama unsur non logam dengan akhiran "ida".
Contoh : NaCl = Natrium klorida
3. Unsur - unsur logam dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis, maka bilangan oksidasinya ditulis dengan angka romawi.
Contoh : CrO = Kromium (II) oksida


b. Non Logam + Non Logam
1. Satu Jenis Senyawa
Cara penulisan rumus dan senyawanya yaitu dengan menuliskan terlebih dahulu unsur dengan bilangan oksidasi positif baru kemudian diikuti unsur dengan bilangan oksidasi negatif + ida.
Contoh : HCl = Hidrogen klorida
H2S = Hidrogen sulfida
2. Lebih dari Satu Jenis Senyawa
Cara penulisan rumus dan senyawanya yaitu dengan menuliskan terlebih dahulu unsur dengan bilangan oksidasi positif diikuti unsur dengan awalan mono / di / tri...../ deka dan akhiran "ida".
Contoh : CO2 = Karbon dioksida
NO2 = Nitrogen dioksida
TATA NAMA SENYAWA ION
Senyawa ion terdiri atas suatu kation dan suatu anion. Kation umumnya adalah ion logam sedangkan anion dapat berupa anion non logam. Berikut ini beberapa contoh senyawa ion.
Kation
Anion
Rumus Senyawa Ion
Na+
Cl-
NaCl
K+
OH-
KOH
Na+
SO42-
Na2SO4
Beberapa Jenis Kation
No
Rumus
Nama ion
1.
Na+
Natrium
2.
K+
Kalium
3.
Mg2+
Magnesium
4.
Ca2+
Kalsium
5.
Ba2+
Barium
Beberapa Jenis Anion
No
Rumus
Nama ion
1
OH-
Hidroksida
2
O2-
Oksida
3
F-
Fluorida
4
Cl-
Klorida
5
PO43-
Fosfat


TATA NAMA SENYAWA TERNER
Senyawa terner sederhana meliputi asam, basa, dan garam. Asam, basa, dan garam adalah tiga kelompok senyawa yang paling terkait satu dengan yang lain. Reaksi asam dengan basa menghasilkan garam.
a. Tata Nama Asam
Rumus asam terdiri atas atom hidrogen dan suatu anion yang di sebut sisa asam. Akan tetapi perlu diingat bahwa asam adalah senyawa molekul, bukan senyawa ion.
Contoh : H3PO4
Nama asam : asam fosfat
Rumus sisa asam : PO43-
b. Tata Nama Basa
Basa adalah zat yang didalam air dapat menghasilkan ion OH-. Pada umumnya basa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH-. Nama basa sama dengan nama kationnya yang diikuti kata hidroksida.
Contoh : NaOH (Natrium Hidroksida)
Ca(OH)2 (Kalsium Hidroksida)
c. Tata Nama Garam
Garam adalah senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam. Rumus dan penamaannya sama dengan senyawa ion.
Kation
Anion
Rumus Garam
Nama Garam
Na+
NO3-
NaNo3
Natrium Nitrat
Ca2+
NO3-
Ca(NO3)2
Kalsium Nitrat
Al3+
SO4-
Al2(SO4)3
Aluminium Sulfat
Cu2+
S2-
CuS
Tembaga (II) sulfida
TATA NAMA SENYAWA ORGANIK
Senyawa organik adalah senyawa - senyawa karbon dengan sifat - sifat tertentu. Senyawa organik mempunyai tata nama khusus. Selain nama sistematis, banyak senyawa organik mempunyai nama lazim atau nama dagang.
Beberapa di antaranya berikut ini :
  1. CH4
  2. CO(NH2)2
  3. CH3COOH
  4. C6H12O6
  5. C12H22O11
Jumlah senyawa organik sangat banyak dan tata nama senyawa organnik lebih kompleks karena tidak dapat ditentukan dari rumus kimianya saja tetapi dari rumus struktur dan gugus fungsinya. Disini hanya dibahas tata nama senyawa organik yang sedehana saja.

Titrasi Asam-Basa

DEFINISI TITRASI ASAM BASA
Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai “titran” dan biasanya diletakkan di dalam labu Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” atau “titrat”  dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa atau aside alkalimetri, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (Pada site ini hanya dibahas tentang titrasi asam basa).

PRINSIP TITRASI ASAM BASA
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.

Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan  konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut.

Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl).

CARA MENGETAHUI TITIK EKUIVALEN
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara lain:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.
2.  Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter.         
      
RUMUS UMUM TITRASI
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
N asam x V asam = N asam x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa)

INDIKATOR ASAM BASA

TABEL DAFTAR INDIKATOR ASAM BASA
NAMA
pH RANGE
WARNA
TIPE(SIFAT)
Biru timol
1,2-2,8
merah - kuning
asam
Kuning metil
2,9-4,0
merah - kuning
  basa
Jingga metil
3,1 – 4,4
merah - jingga
  basa
Hijau bromkresol
3,8-5,4
kuning - biru
asam
Merah metil   
4,2-6,3 
merah - kuning
  basa
Ungu bromkresol
5,2-6,8
kuning - ungu
asam
Biru bromtimol  
6,2-7,6
kuning - biru
asam
Merah fenol
6,8-8,4
kuning - merah
asam
Ungu kresol  
7,9-9,2
kuning - ungu
asam
Fenolftalein  
8,3-10,0
t.b. - merah  
asam
Timolftalein 
9,3-10,5
t.b. - biru
asam
Kuning alizarin
10,0-12,0
kuning - ungu
  basa
Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator fenolftalein.  Tabel berikut ini merupakan karakteristik dari indikator fenolftalein.
pH
< 0
0−8.2
8.2−12.0
>12.0
Kondisi
Sangat asam
Asam atau mendekati netral
Basa
Sangat basa
Warna
Jingga
Tidak berwarna
pink keunguan
Tidak berwarna
Gambar





Titrasi

Lanjut...... ke bagian dimana saya akan membahas sedikit mengenai Titrasi, apakah itu titrasi???
Pertama, sebelum ke pengertian titrasi saya akan menjelaskan Analisa Volumetri dahulu, #Lho..kok ke sini teh???# Okey..perhatikan dengan seksama...
Analisa volumteri adalah analisa kuantitatif dimana kadar komposisi dari zat uji ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (konsentrasi diketahui) yang ditambahkan kedalam larutan zat uji, hingga komponen yang akan ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut.
Nah, Proses tersebut dikenal dengan nama Titrasi, oleh karena itu analisa volumetri disebut juga analisa titrimetri. Teman-teman semua bisa menela’ah secara hartian kan....heuheuuu....
Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi syarat berikut:
·         Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
·         Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dan reaktan.
·         Reaksi harus berlangsung sempurna.
Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan titeratau larutan baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat baku yang ditimbang seksama, atau dengan penetapan yang dikenal dengan standarisasi atau pembakuan.
Klasifikasi Titrasi
Metoda titrimetrik dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara tergantung dari aspek yang ditonjolkan dari titrasi tersebut.
1.       Berdasarkan macam dari reaksi:
·         Titrasi asam – basa
·         Titrasi redoks
·         Titrasi pengendapan
·         Titrasi kompleksometri
2.       Berdasarkan titran yang dipakai :
·         Asidimetri
·         Alkalimetri
·         Permanganometri
·         Argentometri
·         Iodimetri
·         Nitrimetri
3.       Berdasarkan cara penetapan titik akhir titrasi:
·         Titrasi visual
·         Titrasi elektrometrik
·         Titrasi fotometrik
4.       Berdasarkan konsentrasi dari komponen zat uji:
·         Titrasi makro
·         Titrasi semimikro
·         Titrasi mikro
Disamping itu, berdasarkan pelarut yang  digunakan dikenal titrasi bebas air (titrasi non aqua). Berdasarkan teknis pelaksanaannya dikenal pula titrasi langsung, titrasi kembali, titrasi blangko.
Titrasi blangko, dilakukan untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh pereaksi, pelarut atau  kondisi percobaan. Prosedurnya sama dengan titrasi terhadap zat uji, namun tanpa menggunakan zat uji.
Titrasi kembali, dilakukan untukm reaksi titrasi yang berlangsung agak  lambat, apabila dengan penambahan titrasi tetes demi tetes. Untuk mengatasi hal ini,  larutan titer ditambahkan berlebih, kemudian kelebihannya dititrasi dengan titran yang cocok.
Saat dimana komponen zat uji tepat habis bereaksi dengan titran dinamakan titik  ekivalen. Dan perubahan warna indikator pada titrasi dinamakan titik akhir titrasi.
Demikian yang bisa saya tulis mengenai titrasi,  semoga bermanfaat untuk semua.... ^_^

Penggolongan Anion dan kation

Hamasah...hamasah..hamasah... Kembali lagi dengan catatan yang masih menyangkut dengan hal berbau “Kimia”
bukan sulap bukan sihir,, tapi saya disini mau menjelaskan tentang penggolongan anion dan kation....
woww..bagaimanakah membedakan itu? Yuckkk....dibacaa..dibacaa...dibacaa...
Kation adalah ion yang bermuatan positif (ion logam), sedangkan anion adalah ion yang bermuatan negatif.
Ion satu dengan yang lainnya dapat dibedakan karena tiap ion mempunyai reaksi kimia spesifik..seperti contoh:
·         Kation Ag+ dan Pb2+, keduanya bereaksi dengan Cl- membentuk endapan putih AgCl dan PbCl, untuk membedakannya kedua endapan tersebut dipanaskan, maka AgCl tetap sebagai endapan sedangkan PbCl2 larut dalam keadaan panas.
·         Anion SO32- dan SO42-, direaksikan dengan Ba2+ mengendap berwarna putih, dapat dibedakan dengan mereaksikan anion-anion tersebut dengan K2Cr2O7 diasamkan dengan H2SO4 (pada kertas)  maka ion SO32- memberikan warna hijau, sedangkan ion SO42- tidak memberikan reaksi demikian.
Banyak reaksi ion yang sama dan hampir sama satu dengan yang lainnya, tetapi salah satu reaksinya akan berbeda.
Kation dan Anion merupakan penyusun suatu senyawa, sehingga untuk menentukan jenis zat atau senyawa tunggal secara sederhana dapat dilakukan dengan menganalisa jenis kation dan anion yang dikandungnya.
Contoh: Suatu zat tunggal tidak diketahui jenisnya (tanpa etiket). Zat direaksikan dengan H2SO4, terjadi endapan berwarna putih yang tidak larut dalam air raja, berarti kation yang dikandungnya adalah Ba2+.
Zat direaksikan dengan Pb (NO3)2, terjadi endapan putih yang larut jika dipanaskan. Berarti anion yang dikandungnya adalah Cl-.
Nah...dari hasil reaksi tersebut ion yang terkandung adalah :
-          Kation   : Ba2+
-                     Anion    : Cl-
Maka senyawanya adalah BaCl2
Itu salah satu cara mengetahui penggolongan anion dan kation. Semoga bermanfaat dalam mengejar ilmu... ^_^



Seputar Info Alat kimia di Laboraturium

Bismillah.....
Hmm..ini diperuntukkan,untuk para pelajar yang sedang berjihad mencari ilmu, tidak ada salahnya saya berbagi tulisan tentang salah satu bidang yang disukai.. nah kalo bukan seorang pelajar gimana tuh??gx boleh ya teh??? #hee... #  Tentu bolehh....siapapun itu  boleh...punya Hak ko.. HAM ...Hak Asasi Manusia....Merdekaaaa.....#Nah lho..ko jd kesini !!! #
Walaupun bukan seorang penulis, tetapi gx ada salahnya untuk nyoba-nyoba nulis...dengan bahasa yang sederhana dan bisa dimengerti, gx perlu ribet..
Penjelasannya tentang apa yaa...??

Pertama... Saya pengen nulis tentang Angka-angka penting yang ada didalam alat-alat laboratorium..
Nah..ada yang inget apa aja itu?? #hmm.....mulai berpikir...#
Alat-alat dilaboraturium, memang banyak.. tapi untuk seorang profesional dalam bidangnya harus mengetahui secara rinci..
Cara melihat angka, cara menggunakan, dan untuk apa fungsi-fungsi alat tersebut,
 Ini contoh gambar sebagian alat-alat laboratorium.



Penjelasan Dasar:
·         Gelas Kimia atau Beaker Glass
Terbuat dari gelas, digunakan untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, Menampung zat kimia, Memanaskan cairanm dan bisa sebagai  Media pemanasan cairan.
·         Labu Erlenmeyer : Berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan skala sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Berfungsi Untuk menyimpan dan memanaskan larutan, Menampung filtrat hasil penyaringan, Menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi.


·         Gelas ukur : berupa gelas tinggi dengan skala di sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca atau plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L. Berfungsi Untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu

·         Pipet : alat untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran bebas. Jenisnya :
Pipet seukuran : digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat, bagian tengahnya menggelembung.
Pipet berukuran : berupa pipa kurus dengan skala di sepanjang dindingnya. Berguna untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat.
Pipet tetes : berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
·         Buret : berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran di ujungnya. Ukurannya mulai dari 5 dan 10 mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 dan 50 mL dengan skala 0,05 mL. Berfungsi Untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi.
·         Tabung reaksi : berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas, terdiri dari berbagai ukuran, berfungsi Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia dan melakukan reaksi kimia dalam skala kecil.
·         Kaca arloji : terbuat dari kaca bening, terdiri dari berbagai ukuran diameter. Berfungsi Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel, Tempat saat menimbang bahan kimia, dan tempat mengeringkan untuk padatan dalam desikator.
·         Corong : terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek. Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring ke dalam corong tersebut.
·         Cawan : terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan.
·         Mortar dan pestle : terbuat dari porselen, kaca atau batu granit yang dapat digunakan untuk menghancurkan dan mencampurkan padatan kimia.
·         Spatula : berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless steel atau alumunium. Berfungsi untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan, Dipakai untuk mengaduk larutan.
·         Batang pengaduk : terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di dalam gelas kimia.

·         Kawat kasa : kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas dalam penyebaran panas yang berasal dari suatu pembakar.
·         Kaki tiga : besi yang menyangga ring dan digunakan untuk menahan kawat kasa dalam pemanasan.
·         Burner / pembakar spiritus : digunakan untuk memanaskan bahan kimia.
·         Bola hisap : digunakan untuk membantu proses pengambilan cairan. Terbuat dari karet yang disertai dengan tanda untuk menyedot cairan (suction), mengambil udara (aspirate) dan mengosongkan (empty).
·         Neraca analisis : digunakan untuk menimbang padatan kimia.

Adapun Peralatan Pendukung, seperti :
v  Labu Ukur
            
v  Labu bundar
v  Corong Buchner
v  Erlenmeyer
v  Corong pisah
v  Desikator
v  Cawan petri
v  Botol semprot
 
v  Krusibel
v  Kaki tiga krus
v  Statif
v  Klem manice
v  Klem bosshead
v  Klem buret
v  Pemegang corong
v  Tang krusibel
v  Stirrer magnetic
v  Sentrifuge
v  Chromatography chamber
v  Spectronic 20


Nah..itu adalah alat-alat yang berada di laboratorium kimia...selanjutnya untuk penjelasan tehnik dasar di laboratorium,  akan saya jelaskan secara singkat tapi InsyaAllah bermanfaat....yuckk...yackk..yuckk...
*      Teknik Dasar di Laboratorium

·         Cara memanaskan cairan
Harus memperhatikan kemungkinan terjadinya bumping (meloncatnya cairan akibat peningkatan suhu drastis). Cara mencegahnya dengan menambahkan batu didih ke dalam gelas kimia.
a. Pemanasan cairan dalam tabung reaksi
ü  Jangan sampai mengarahkan mulut tabung reaksi kepada praktikan baik diri sendiri maupun orang lain.
ü  Jepit tabung reaksi pada bagian dekat dengan mulut tabung
ü  Posisi tabung ketika memanaskan cairan agak miring, aduk dan sesekali dikocok
ü  Pengocokan terus dilakukan sesaat setelah pemanasan
b. Pemanasan cairan dalam gelas kimia dan labu Erlenmeyer
Bagian bawah dapat kontak langsung dengan api sambil cairannya digoyangkan perlahan, sesekali diangkat bila mendidih.

·         Cara membaca volume pada gelas ukur
Masukkan cairan yang akan diukur lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai skala yang diinginkan. Bagian terpenting dalam membaca skala di gelas ukur tersebut adalah garis singgung skala harus sesuai dengan meniskus cairan. Meniskus adalah garis lengkung permukaan cairan yang disebabkan adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan gelas ukur.

·         Cara menggunakan buret
Sebelum digunakan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan digunakan. Cara mengisinya :
Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari bagian atas menggunakan corong gelas. Jangan mengisi buret dengan posisi bagian atasnya lebih tinggi dari mata kita. Turunkan buret dan statifnya ke lantai agar jika ada larutan yang tumpah dari corong tidak terpercik ke mata. Jangan sampai ada gelembung yang tertinggal di bagian bawah buret. Jika sudah tidak ada gelembung, tutup kran. Selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, lalu buka kran sedikit untuk mengatur cairan agar tepat pada skala nol.

·         Cara menggunakan neraca analitis
ü  Nolkan terlebih dulu neraca tersebut
ü  Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan
ü  Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca
ü  Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut

·         Cara menghirup bau zat
Ingat : Jangan pernah menghirup gas atau uap senyawa secara langsung!
Gunakan tangan dengan mengibaskan bau sedikit sampel gas ke hidung.

Alhamdulilah..... semoga ilmu yang diberitahukan bisa berguna dan bermanfaat ya teman-teman... ^_ ^